Rabu, 29 Mei 2013

KONSEP DASAR PEMBERIAN OBAT

Konsep dasar pemberian obat
A. PENGERTIAN OBAT
Obat adalah senyawa atau campuran senyawa untuk mengurangi gejala atau menyembuhkan penyakit.

B. JENIS DAN BENTUK OBAT
1. Obat – obatan dalam bentuk padat
a. Bubuk
b. Tablet
c. Pil
d. Drase
e. Kapsul
f. Salep dan pasta
g. Supositoria
2. Obat – obatan dalam bentuk cair
a. Sirup
b. Tetesan / drop
c. Cairan suntik

C. “ENAM BENAR” PEMBERIAN OBAT
1. Benar obat
Apabila obat pertama kali di programkan, bandingkan tiket obat atau format pencatatan unit-dosis dengan instruksi yang ditulis dokter. Ketika memberikan obat bandingkan label pada wadah obat dengan format atau tiket obat. Hal ini dilakukan tiga kali yaitu (1) sebelum memindahkan wadah obat dari laci atau almari, (2) pada saat sejumlah obat yang di programkan dipindahkan dari wadahnya, (3) sebelum mengembalikan wadah obat ke tempat penyimpanan.
2. Benar dosis
Apabila sebuah obat harus disediakan dari volume atau kekuatan obat yang lebih besar atau lebih kecil dari yang dibutuhkan atau jika seorang dokter memprogramkan suatu sistem perhitungan obat yang berbeda dari yang disediakan oleh ahli farmasi, risiko kesalahan meningkat.
3. Benar klien
Langkah paling penting dalam pemberian obat dengan aman adalah meyakinkan bahwa obat tersebut di berikan pada klien yang benar. Untuk mengidentifikasi klien dengan tepat, periksa kartu, format atau laporan pemberian obat yang dicocokan dengan identifikasi klien dan meminta klien menyebutkan namanya.
4. Benar rute pemberian
Apabila sebuah instruksi obat tidak menerangkan rute pemberian obat, perawat mengonsultasikannya kepada dokter. Demikian juga, bila rute pemberian obat bukan cara yang direkomendasikan, perawat harus segera mengingatkan dokter.
5. Benar waktu
Harus mengetahui alasan sebuah obat diprogramkan untuk waktu tertentu dalam satu hari dan apakah jadwal tersebut dapat diubah.
6. Benar pendokumentasian
Dokumentasi yang benar membutuhkan tindakan segera untuk mencatat informasi sesuai dengan obat – obatan yang telah diberikan. Hal ini meliputi nama obat, dosis, rute, waktu dan tanggal serta inisial dan tanda tangan pelaksana pemberi obat.

Referensi :

Bobak, K. Jensen, 2005, Perawatan Maternitas. Jakarta. EGC

Elly, Nurrachmah, 2001, Nutrisi dalam keperawatan, CV Sagung Seto, Jakarta.

Depkes RI. 2000. Keperawatan Dasar Ruangan Jakarta.

Engenderhealt. 2000. Infection Prevention, New York.

JHPIEGO, 2003. Panduan Pengajaran Asuhan Kebidanan, Buku 5 Asuhan Bayi Baru Lahir Jakarta. Pusdiknakes.

JNPK_KR.2004. Panduan Pencegahan Infeksi Untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dengan Sumber Daya Terbatas. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Johnson, Ruth, Taylor. 2005. Buku Ajar Praktek Kebidanan. Jakarta. EGC.

Kozier, Barbara, 2000, Fundamental of Nursing : Concepts, Prosess and Practice : Sixth edition, Menlo Park, Calofornia.

Potter, 2000, Perry Guide to Basic Skill and Prosedur Dasar, Edisi III, Alih bahasa Ester Monica, Penerbit buku kedokteran EGC.


Persiapan pemberian obat
Perawat bertanggung-jawab dalam pemberian obat-obatan yang aman. Caranya adalah perawat harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap/jelas atau dosis yang diberikan diluar batas yang direkomendasikan. Secara hukum perawat bertanggung iawab jika mereka memberikan obat yang diresepkan dan dosisnya tidak benar atau obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi status kesehatan klien. Perawat wajib membaca buku-buku refrensi obat untuk mendapatkan kejelasan mengenai efek terapiutik yang yang diharapkan, kontraindikasi, dosis, efek samping yang mungkin terjadi atau reaksi yang merugikan dari pengobatan.
Menggambarkan 6 B dalam pemberian obat.

Supaya dapat tercapainya pemberian obat yang aman, seorang perawat harus dapat melakukan 6 hal yangt benar; klien yang benar, obat yang benar, dosis yang benar, waktu yang benar, rute yang benar, dan dokumentasi yang benar.
Menggambarkan 2 hak klien yang berhubungan dengan pemberian obat.

a. Hak klien untuk mengetahui alasan pemberian obat.
Hak ini adalah prinsip dari pemberian persetujuan setelah mendapatkan informasi (informed consent) yang berdasarkan pengetahuan individu yang diperlukan untuk membuat keputusan.
b. Hak klien untuk menolak pengobatan.
Klien dapat menolak untuk menerima suatu pengobatan. Adalah tanggung jawab perawat untuk menentukan, jika memungkinkan, alasan penolakan dan mengambil langkah-langkah yang perlu untuk mengusahakan agar klien mau menerima pengobatan. Jika tetap menolak, perawat wajib mendokumentasikan pada catatan perawatan dan melapor kepada dokter yang menginstruksikan.
Memberikan pedoman keamanan dalam pemberian obat
Beberapa pedoman umum dalam pemberian obat dijelaskan dalam prosedur pemberian obat obat yang benar yang terdiri dari 4 langkah (persiapan, pemberian, pencatatan, dan hal-hal yang tidak boleh dalam pemberian obat)
Persiapan :

·         Ø Cuci tangan sebelum menyiapkan obat
·         Ø Periksa riwayat, kardek dan riwayat alergi obat
·         Ø Periksa perintah pengobatan
·         Ø Periksa label tempat obat sebanyak 3 kali
·         Ø Periksa tanggal kadaluarsa
·         Ø Periksa ulang perhitungan dosis obat dengan perawat lain
·         Ø Pastikan kebenaran obat yang bersifat toksik dengan perawat lain atau ahli Farmasi
·         Ø Tuang tablet atau kapsul kedalam tempat obat. Jika dosis obat dalam unit, buka obat disisi tempat tidur pasien setelah memastikan kebenaran identifikasi pasien
·         Ø Tuang cairan setinggi mata. Miniskus atau lengkung terendah dari cairan harus berada pada garis dosis yang diminta
·         Ø Encerkan obat-obat yang mengiritasi mukosa lambung (kalium, aspirin) atau berikan bersama-sama dengan makanan
Pemberian :
v Periksa identitas pasien melalui gelang identifikasi
v Tawarkan es batu sewaktu memberikan obat yang rasanya tidak enak. Jika mungkin berikan obat yang rasanya tidak enak terlebih dahulu baru kemudian diikuti dengan obat dengan rasa yang menyenangkan
v Berikan hanya obat yang disiapkan
v Bantu klien mendapatkan posisi yang tepat tergantung rute pemberian
v Tetaplah bersama klien sampai obat diminum/dipakai
v Jika memberikan obat pada sekelompok klien, berikan obat terakhir pada klien yang memerlukan bantuan ekstra.
v Berikan tidak lebih dari 2,5 – 3 ml larutan intramuscular pada satu tempat. Bayi tidak boleh menerima lebih dari 1 ml larutan intramuskuler pada satu tempat. Tidak boleh memberikan lebih dari 1 ml jika melalui rute subkutan. Jangan menutup kembali jarum suntik.
v Buang jarum dan tabung suntik pada tempat yang benar
v Buang obat kedalam tempat khusus jangan kedalam tempat sampah
v Buang larutan yang tidak terpakai dari ampul. Simpan larutan stabil yang tidak terpakai di dalam tempat yang tepat (bila perlu masukkan ke dalam lemari es). Tulis tanggal waktu dibuka serta inisial Anda pada label
v Simpan narkotik kedalam laci atau lemari dengan kunci ganda
v Kunci untuk lemari narkotik harus disimpan oleh perawat dan tidak boleh disimpan didalam laci atau lemari.
Pencatatan :

·         Ø Laporkan kesalahan obat dengan segera kepada dokter dan perawat supervisor. Lengkapi laporan peristiwa
·         Ø Masukkan kedalam kolom, catatan obat yang diberikan, dosis, waktu rute, dan inisial Anda.
·         Ø Catat obat segera setelah diberikan, khususnya dosis stat
·         Ø Lap[orkan obat-obat yang ditolak dan alasan penolakan.
<!--[if !supportLists]–>Ø Catat jumlah cairan yang diminum bersama obat pada kolom intake dan output. Sediakan cairan yang hanya diperbolehkan dalam diet.
Yang Tidak Boleh :
v Jangan sampai konsentrasi terpecah sewaktu menyiapkan obat.
v Jangan memberikan obat yang dikeluarkan oleh orang lain.
v Jangan mengeluarkan obat dari tempat obat dengan label yang sulit dibaca, atau yang labelnya sebagian terlepas atau hilang
v Jangan memindahkan obat dari satu tempat ke tempat lain
v Jangan mengeluarkan obat ke tangan Anda
v Jangan memberikan obat yang tanggalnya telah kadaluwarsa
v Jangan menduga-duga mengenai obat dan dosis obat. Tanya jika ragu-ragu
v Jangan memakaim obat yang telah mengendap, atau berubah warna, atau berawan.
v Jangan tinggalkan obat-obat yang telah dipersiapkan
v Jangan berikan suatu obat kepada klien jika ia memiliki alergi terhadap obat itu.
v Jangan memanggil nama klien sebagai satu-satunya cara untuk mengidentifikasi
v Jangan berikan jika klien mengatakan bahwa obat tersebut berlainan dengan apa yang telah ia terima sebelumnya.Periksa perintah pengobatan.
v Jangan menutup kembali jarum suntik.
Faktor-Faktor yang Mengubah Respon Terhadap Obat

Respon Farmakologik terhadap suatu obat bersifat komplek, maka dari itu perawat harus tahu jumlah dan macam-macam factor yang mempengaruhi respon individu terhadap suatu obat.Faktor-faktor yang mempengaruhi respon terhadap obat antara lain :

·         § Absorpsi : suatu variable yang utama dalam rute pemberian obat. Absorpsi oral terjadi pada saat partikel-partikel obat keluar dari saluran gastrointestinal (lambung dan usus halus) menuju cairan tubuh. Setiap gangguan intestinal seperti muntah/diare akan mempengaruhi absorpsi obat.
·         § Distribusi : dengan protein merupakan pengubah utama dari distribusi obat didalam tubuh.
·         § Metabolisme / biotransformasi : semua bayi khususnya neonates dan bayi dengan BBLR mempunyai fungsi hati dan ginjal yang belum matang, demikian pula lansia juga kehilangan sebagian dari fungsi sel ginjalnya. Hal ini akan berpengaruh pada metabolism obat.
·         § Ekskresi : rute utama dari ekskresi obat adalah melalui ginjal, empedu, feses, paru-paru, saliva, dan juga keringat.
·         § Usia : Bayi dan lansia lebih sensitive terhadap obat-obatan. Lansia hipersensitif terhadap barbiturate dan epnekan SSP. Klien seperti ini mempunyai absorpsi yang buruk melalui saluran gastrointestinal akibat berkurangnya sekresi lambung. Dosis bayi dihitung berdasarkan berat badan dalam kilogram daripada berdasarkan usia biologis atau gastrointestinalnya.
·         § Berat badan : dosis obat, misalnya anti neoplastik dapat diberikan sesuai berat badan. Orang yang obesitas mungkin perlu penambahan dosis atau sebaliknya.
·         § Toksisitas : Istilah ini merujuk pada gejala merugikan, yang bias terjadi pada dosis tertentu. Hal ini sering terjadi pada orang-orang yang mempunyai gangguan hati dan ginjal.
·         § Farmakokinetik : istilah ini merujuk pada factor-faktor genetic terhadap respon obat. Jika orang tua Anda memiliki respon yang merugikan terhadap suatu obat, mungkin Anda juga bisa memiliki hal yang sama.
·         § Rute pemberian : obat-obat yang diberikan intravena lebih cepat bekerja daripada yang diberikan peroral.
·         § Saat pemberian : ada atau tidaknya makanan didalam lambung dapat mempengaruhi beberapa kerja obat
·         § Faktor emosional : komentar-komentar yang sugestif mengenai obat dan efek sampingnya dapat mempengaruhi efek obat
·         § Toleransi : kemampuan klien untuk merespon terhadap dosis tertentu dari suatu obat dapat hilang setelah beberapa hari atau minggu setelah pemberian.
·         § Efek penumpukan : ini terjadi jika obat dimetabolisme atau diekskresi lebih lambat daripada kecepatan pemberian obat
·         § Interaksi Obat : efek kombinasi obat dapat lebih besar, sama, atau lebih lemah dari efek obat tunggal.

Bentuk dan Rute Pemberian Obat
Ada berbagai bentuk dan rute pemberian obat yaitu ; oral, transdermal, topical, inhalasi (tetes, semprot ), suppositoria, selangnasogastrik, parentral, dan gatrosnomi.
Keterangan beberapa rute pemberian obat :
Transdermal ; obat tersimpan didalam patch yang ditempelkan pada kulit, diserap melalui kulit dan mempunyai efek sistemik.
Topikal ; obat-obat yang diberikan melalui kulit dengan berbagai cara, seperti dengan sarung tangan, spatel lidah, aplikator, dll
Instilasi : obat cair yang biasanya diberikan dalam bentuk tetes atau salep
Suppositoria ; adalah obat yang dimasukkan kedalam rectal atau vaginal
Sumber:http://wayanpuja.blinxer.com/?s=artikel

Perhitungan dosis obat.
PEMBERIAN OBAT
NAMA OBAT
• Nama KIMIA = memberi gambaran pasti komposisi obat, ex asetil salisilat dikenal sbg aspirin
• Nama GENERIK = diberikan oleh pabrik pertama kali diproduksi sblm mdpt izin dari FDA. Ex Aspirin
• Nama dagang, merk, pabrik = nama yg digunakan pabrik utk memasarkan obat. Ex aspirin dikenal dg nama dagang Bufferin.

KLASIFIKASI
• Analgetik
• Anti piretik
• Anti inflamasi
• Anti biotik
Adakalanya sebuah obat dpt memiliki klasifikasi lebih dari satu, ex aspirin (analgetik, antipiretik, anti inflamasi)
Setiap gol obat memiliki implikasi keperawatan utk pemberian & pemantauan yg tepat. Ex gol diuretik, memberikan implikasi keperawatan :
1. Memantau input & output cairan
2. Menimbang BB tiap hari
3. Mengkaji adanya edema
4. Memantau kadar elektrolit serum
BENTUK OBAT
• KAPLET = dosis padat, bentuk spt kapsul & bersalut, shg mudah ditelan
• KAPSUL = dosis padat, bentuk bubuk, cairan atau minyak, dibungkus selongsong gelatin
• ELIKSIR = cairan jernih berisi air/alkohol, ditambah pemanis
• EKSTRAK = bentuk pekat
• GLISERIT = dikombinasi dg gliserin + 50%, utk penggunaan luar
• LINIMENT = obat gosok, dioles di kulit
• SALEP = semisolid (Agak padat)
• PASTA = semisolid, lebih kental, kaku, diabsorbsi kulit lebih lambat drpd salep
• LARUTAN = cairan (per oral, parenteral)
• SUPOSITORIA = dosis padat dicampur gelatin, bentuk peluru, meleleh saat mencapai suhu tubuh
• SUSPENSI = partikel obat yg dibelah smp halus & larut dlm media cair
• SYRUP = obat larut dlm gula pekat, mengandung perasa membuat terasa lebih enak
• TABLET = dosis bubuk dikompresi dlm cakram atau silinder yg keras
SIFAT KERJA OBAT
FARMAKOKINETIK = ilmu ttg cara obat masuk ke dalam tubuh, mencapai tempat kerjanya, dimetabolisme, dan keluar dari tubuh.
RUTE 
PEMBERIAN OBAT
• RUTE ORAL
• RUTE PARENTERAL
• PEMBERIAN TOPIKAL
• INHALASI
• INTRAOKULER
RUTE ORAL
• Pemberian per oral = paling mudah & paling umum digunakan. Diberikan via mulut & ditelan.
• Pemberian sub lingual = dibawah lidah, langsung larut (nitrogliserin)
• Pemberian BUKAL = menempatkan obat padat di memban mukosa pipi sampai obat larut, tdk dikunyah / ditelan
RUTE PARENTERAL
• SC = sub kutan = injeksi ke dlm jaringan tepat di bawah lapisan dermis kulit
• ID = intra dermal = injeksi ke dlm dermis tepat di bawah eidermis
• IM = intra muskular = injeksi ke dlm otot tubuh
• IV = intra vena = suntikan ke dalam vena
Pemberian obat parenetral lainnya …
• EPIDURAL
• INTRATEKAL
• INTRASEOSA
• INTRAPERITONEAL
• INTRAPLEURA
• INTRAARTERI
EPIDURAL
• Obat diberikan dlm ruang epidural via kateter yg telah dipasang, ex jalan analgesik post op.
• Perawat yg telah mendpt pelatihan khusus dpt memberikan obat dlm bentuk bolus
INTRATEKAL
• Diberikan melalui sebuah kateter yg telah dipasang dlm ruang subaraknoid atau ke dlm salah satu ventrikel otak
• Biasanya dlm waktu jangka panjang melalui pembedahan
INTRASEOSA
• Memasukan obat langsung ke sumsum tulang
• Paling sering pd bayi, anak – anak dimana akses pembuluh darahnya buruk
• Digunakan pd kondisi darurat
• Dokter menginsersi jarum intraseosa ke dlm tulang, biasanya ke tibia, shg perawat dpt memberikan obat
INTRAPERITONEAL
• Obat diberikan dlm rongga peritonium
• Ex kemoterapi, antibiotik
INTRAPLEURA
• Obat diberikan melalui dinding dada, ke ruang pleura
• Ex kemoterapi, pleuradesis (memasukan obat utk mengatasi efusif pleura)
INTRA ARTERI
• OBAT dimasukkan ke dlm arteri
• Ex infus arteri pada arteri yg mengalami pembekuan
PEMBERIAN OBAT
• BENAR OBAT
• BENAR DOSIS
• BENAR KLIEN
• BENAR RUTE
• BENAR WAKTU
PEDOMAN PEMBERIAN & KONTROL NARKOTIK YG AMAN
1. Simpan semua narkotik di dlm lemari atau kotak yg aman & terkunci
2. Perawat bertanggungjwb membawa perangkat kunci
3. Pada pergantian jdwl dinas, cek jumlah obat bersama perawat yg akan jaga
4. Bila perhitungan jumlah narkotik tdk sesuai, LAPORKAN !
5. Gunakan catatan inventarisasi khusus tiap kali narkotik dikeluarkan
6. Catatan digunakan utk mendokumentasikan nama klien, tgl, waktu pemberian, nama & dosis obat serta ttd perawat yg mengeluarkan obat
7. Format menjelaskan perhitungan akurat narkotik yg digunakan & sisanya
8. Jika zat terkontrol yg diberikan hya satu bagian dr dosis yg ditetapkan, perawat kedua hrs menyaksikan pembuangan bagian narkotik yg tdk digunakan & mencatatnya dlm format pencatatan.
• EFEK TERAPETIK = respon fisiologis obat yg diharapkan atau yg diperkirakan timbul.
• EFEK SAMPING = sebuah obat diperkirakan akan menimbulkan efek sekunder yg tdk diinginkan
• EFEK TOKSIK = tjd jika klien meminum obat dosis tinggi dlm jangka waktu lama ex. Morfin (analgesik narkotik) meredakan nyeri dg menekan susunan syaraf pusat. Bgm pun kadar toksik morfin menyebabkan depresi pernafasan yg berat & kematian.
REAKSI ALERGI
= Respon lain yg tdk dpt diperkirakan thd obat. Dari seluruh reaksi obat, 5% – 10% merupakan reaksi alergi.
Timbul bila obat diberikan scr berulang, dpt bersifat ringan s/d berat
REAKSI ALERGI RINGAN
• Urtikaria = Erupsi kulit yg bentuknya tdk beraturan, meninggi, ukuran & bentuk bervariasi, erupsi memiliki batas berwarna merah & bagian tengahnya berwarna pucat
• RUAM = vesikel kecil & meninggi yg biasanya berwarna merah, seringkali tersebar di seluruh tubuh
• PRURITIS = gatal – gatal pd kulit, kebykn timbul bersama ruam
• RINITIS = inflamasi lapisan membran mukosa hidung, menimbulkan bengkak & pengeluaran rabas encer & berair
REAKSI BERAT/ REAKSI ANAFILAKSIS
• Konstriksi otot bronkhiolus
• Edema faring & laring
• Mengi berat & sesak nafas
• Hipotensi berat
Diagnosa keperawatan NANDA utk Terapi Obat
1. Kurang pengetahuan tg terapi obat b/d =
• Kurang informasi & pengalaman
• Keterbatasan kognitif
• Tidak mengenal sumber informasi
2. Ketidakpatuhan thd terapi obat b/d =
• Sumber ekonomi yg terbatas
• Keyakinan ttg kesehatan
• Pengaruh budaya
3. Hambatan mobilitas fisik b/d =
• Penurunan kekuatan
• Nyeri & ketidaknyamanan
4. Perubahan sensori / persepsi b/d =
• Pandangan kabur
5. Gangguan menelan b/d =
• Kerusakan neuromuskuler
• Irigasi rongga mulut
• Kesadaran yg terbatas
6. Penatalaksanaan program terapetik tdk efektif b/d =
• Terapi obat yg kompleks
• Pengetahuan yg kurang
SISTEM PERHITUNGAN OBAT
• SISTEM METRIK
• SISTEM APOTHECARY
• UKURAN RUMAH TANGGA
• LARUTAN
SISTEM METRIK
• Paling teratur, mudah dikonversi & dihitung (perkalian, pembagian sderhana)
• 10,0 mg x 10 = 100 mg
• 10,0 mg / 10 = 1,00 mg
• Pecahan selalu dlm bentuk desimal (500 mg = 0,5 g)
SISTEM APOTHECARY
• Dikenal di As, Kanada
• Standar pengukuran biasanya di rumah (susu dlm botol = pint = 0,568 lt ; quarts = 0,9463 lt)
• Satuan berat (Inggris) = grain (turunan : dram, ons, pound)
• Satuan volume = minim (setara 1 grain)
• Sistem ini tidak akurat
UKURAN RUMAH TANGGA
• Tetesan, sendok teh, sendok makan
• Keuntungan = aspek kenyamanan, mudah dikenali
Tabel EKUIVALENSI UKURAN
METRIK APOTHECARY RUMAH TANGGA
1 ml
4-5 ml
16 ml
30 ml
240 ml
480 ml (Kira2 500ml)
960 ml (Kira2 1 Ltr)
3840 ml (Kira2 5 Ltr) 15 – 16 minim (m)
fluidram
4 fluidrams
1 fluid ounce
8 fluid ounce
1 pint (pt)
1 quart (qt)
1 galon (gal) 15 tetes (tts)
1 sendok the (sdt)
1 sendok makan (sdm)
2 sendok makan (sdm)
1 cangkir ©
1 pint (pt)
1 quart (qt)
1 galon (gal)
LARUTAN
• = Suatu massa zat padat yang larut dalam suatu volume cairan lain yang diketahui (g/mL, g/L, mg/mL)
• Larutan 10% = 10 g zat padat yang dilarutkan dalam 100 mL larutan.
• Larutan 1 : 1000 = larutan yang mengandung 1 g zat padat dlm 1000 mL cairan / 1 ml cairan dalam 1000 mL cairan lain.
SOAL
Betadine 10% diencerkan menjadi 0,5%.
Berapa perbandingan betadine : aquadest yang dibutuhkan ?
Jawab …
PENGARUH KERJA OBAT PADA LANSIA
• SALURAN CERNA
– Elastisitas hilang pd mukosa mulut, shg mjd kering & pecah – pecah
– Intervensi =
a. sering kumur dg air hangat
b. dental fross
c. sikat gigi & gusi dg lembut
ESOFAGUS
• Bersihan esofagus lambat krn kontraksi melemah & sfingter esogafus bawah tdk bisa relaksasi
• Intervensi =
– Posisi klien tegak
– Berikan cairan segelas bersama obat
– Gerus tablet, campur dg air
GASTER
• Penurunan keasaman lambung & peristaltik
• Intervensi = minta klien minum 1 gelas penuh air & meminum obat dg kudapan tdk berlemak utk mengurangi ggn lambung
USUS BESAR
• Tonus otot kolon menurun, refleks defekasi menghilang, aliran darah di usus menurun
• Intervensi =
– Beri asupan cairan dlm jml normal
– Anjurkan klien makan pembentuk feses
INTEGUMEN & VASKULARISASI
• Penurunan ketebalan lipatan kulit
• Elastisitas kulit & vaskularisasi menurun
• Intervensi =
– hindari penggunaan vena di tangan sbg t4 suntikan IV
- tekan t4 injeksi stlh penyuntikan
- observasi perdarahan di t4 injeksi
HEPAR
• Penurunan ukuran hati
• Menurunnya aliran darah hati
• Intervensi =
– Pantau tanda kerusakan hati (ikterus, pruritis, urine gelap)
– Tanyakan dosis utk klien yg menderita penyakit hati
GINJAL
• Filtrasi glomerolus menurun, fungsi tubulus & aliran ginjal menurun
• Intervensi =
- cegah retensi urine, pantau kateter
- pantau tanda kerusakan ginjal (keluaran menurun, sulit berkemih)

Penggunaan unit dosis obat
DOSIS OBAT

Pengertian dosis
Dosis obat
à jumlah obat yg diberikan kepada penderita dlm satuan berat (gram, mgram, µgram) atau satuan isi (mililiter, liter) atau unit-unit lainnya (unit international) utk memperoleh efek terapeutik yg diharapkan
Dosis lazim/dosis medicinalis/dosis terapeutik
à sejumlah obat yg memberikan efek terapeutik kpd penderita dewasa
Obat-obat ttt memerlukan dosis permulaan (initial dose) atau dosis awal (loading dose) yg lbh tinggi drpd dosis pemeliharaan (maintenance dose)
Tujuan diberikan dosis permulaan lebih tinggi drpd dosis pemeliharaan
à kadar obat yg dikehendaki dlm darah dpt dicapai lbh awal sehingga menghasilkan efek terapeutik yg diinginkan.
Dosis pemeliharaan lbh kecil dr dosis awal/permulaan à utk menjaga agar kadar obat dlm darah mencukupi
Dosis profilaktik à dpt diberikan utk mencegah suatu penyakit
Dosis terapeutik à biasanya lbh tinggi drpd dosis profilaktik à diberikan utk menangani penyakit yg sedang berlangsung
Regimen dosis à jadwal pemberian dosis suatu obat


Faktor-faktor yg mempengaruhi dosis obat

1. Faktor obat
- sifat fisika: daya larut obat dlm air/lemak
- sifat kimiawi: asam, basa, garam
- toksisitas



2. Cara pemberian obat kepada penderita

oral,,- parenteral,,- rektal, vaginal, uretral ,,- lain-lain

3. Faktor penderita

umur, berat badan, jenis kelamin, ras, toleransi, obesitas, sensitivitas individual, keadaan patofisiologi

Dosis maksimum obat
Obat beracun umumnya mempunyai dosis maksimum à batas dosis yg relatif msh aman diberikan kpd penderita.
Bila dokter dgn sadar melebihi dosis maks suatu obat à dibelakang angka/jmlh obat yg dituliskan di resep diberi tanda seru (!) dgn disertai paraf.
Bila diberikan kpd anak à diperhitungkan dgn menggunakan rumus young (salah satunya)
n/(n+12) x DM dewasa

Pengaturan dosis berdasarkan usia (anak)
Perhitungan dosis berdasarkan usia krg akurat à metode ini tdk mempertimbangkan sgt beragamnya bobot & ukuran anak2 dlm satu klmpk usia
Tapi bila informasi yg tersedia hanya usia (anak)à maka rumus/persamaan dpt bermanfaat.
Hukum Young (Dosis utk anak):

□((usia ((thn))/(usia+12)) x dosis dewasa
Hukum Cowling (Dosis utk anak):

(Usia pd ultah berikutnya (thn) x Dosis dws)/24


Hukum Fried (Dosis utk bayi):

(Usia (bln) x Dosis dewasa )/150

Contoh soal
Dosis lazim paroksetin (paxil) utk dewasa adalah 20 mg/hari utk penangangan gangguan obesif konfulsif. Berapa dosis obat ini utk anak berusia 11 tahun? (Gunakan hukum Young)
Dosis lazim rofekoksib (Vioxx) untuk dewasa adalah 25 mg/hari. Berapa dosis untuk anak berusia 6 tahun? (Gunakan hukum Cowling)
Dosis lazim feksofenadin (Allegra) untuk dewasa adalah 60 mg dua kali sehari, untuk dosis total 120 mg/hari. Berapa dosis untuk bayi berusia 5 bulan?

Pengaturan dosis berdasarkan bobot
Dosis lazim à umumnya dianggap sesuai untuk individu berbobot 70 kg (154 pon)
Rasio antara jumlah obat yg diberikan & ukuran tubuh mempengaruhi konsentrasi obat di tempat kerjanya

Dosis obat mungkin perlu disesuaikan dr dosis
lazim dewasa utk pasien kurus atau
gemuk yg tidak normal.
Jika obat pasien pediatrik diketahui à perhitungan dosis berdasarkan bobot akan lebih sesuai à karena metode ini mempertimbangkan ukuran anak (bobot) selain usia
Aturan umum untuk menghitung dosis pediatrik berdasarkan dosis dewasa
à Hukum Clark
(Bobot (pon) x Dosis dewasa = Dos utk anak)/150


Contoh soal
Dosis lazim selekoksib (Celebrex) untuk dewasa adalah 100 mg dua kali sehari, untuk dosis total 200 mg/hari. Berapa banyak selekoksib per dosis yang harus diterima oleh seorang anak berbobot 52 pon?
Dosis hidroklorotiazid untuk dewasa adalah 50 mg per hari. Berapa dosis untuk anak berbobot 40 kg?
Dosis lazim suatu obat adalah 10 mg/kg. Berapa miligram yang harus diberikan pada seorang pasien berbobot 125 pon? Berapa banyak tablet 500 mg yang harus diberikan?
Dosis lazim lorakarbef (Lorabid) pada anak-anak sampai usia 6 tahun adalah 15 mg/kg/hari dalam dosis terbagi yang diberikan setiap 12 jam. Berapa regimen dosis untuk anak berusia 4 tahun dengan bobot 36 pon?
Pengaturan dosis berdasarkan luas permukaan tubuh (Body Surface Area/BSA)
Metode ini banyak digunakan pd 2 jenis kelompok pasien, yaitu;
1. Pasien kanker yang menerima kemoterapi
2. Pasien pedatrik pada semua usia kanak-kanak, kecuali bayi prematur dan bayi normal yg fungsi hati & ginjalnya belum sempurna
Metode ini paling akurat à karena mempertimbangkan tinggi dan bobot pasien

BSA pasien dpt dihitung dgn menggunakan rumus Du Bois dan Du Bois sbb:

S = W 0,425 x H 0,725 x 71,84
Ket:
S = luas permukaan tubuh dlm cm2
W = bobot dlm kg
H = tinggi dlm cm
à rumus tsb agak sulit digunakan à hrs dikonversi menjadi meter persegi

menggunakan nomogram yg didasarkan pada
rumus Du Bois dan Du Bois à lbh mudah &
efisien


Untuk nomogram menggunakan persamaan berikut:

BSA m2 = √((tinggi(cm)xbobot(kg))/3600)

à menyederhanakan pers Du Bois dan Du Bois à biasanya digunakan dalam praktik perhitungan BSA
Pengaturan dosis dpt diperkirakan dgn menggunakan persamaan sbb:

(BSA(m2))/(1,73 m2) x dos lazim dws = dosis perkiraan
Nomogram utk penentuan luas permukaan tubuh (BSA) dr tinggi dan bobot badan

(untuk dewasa & anak-anak)





Contoh soal
Nancy adalah seorang pasien wanita berusia 7 tahun yang tingginya 40 inchi dan bobotnya 37 pon. Dokter anak menulis resep omeprazol untuk Nancy dan meminta apoteker untuk menghitung dosis yang sesuai. Karena dosis dewasa untuk omeprazol adalah 20 mg sehari, berapa seharusnya dosis untuk Nancy? (Gunakan persamaan BSA)
Jawaban
Tinggi = 40 inchi x2,54cm/(1inchi ) = 101,6 cm

Bobot = 37 pon x (1 kg)/(2,2 pon) = 16,82 kg

BSA = √((101,6 cm x 16,82 kg)/3600) = √0,47 = 0,69 m2
Dosis perkiraan
(0,69 m2)/(1,73 m2) x 20 mg = 7,96 mg/hari


Penggunaan tablet dan kapsul dlm peracikan
Tablet dan kapsul à biasanya digunakan sbg sumber bhn medisinal dlm peracikan extemporaneous
Bentuk sediaan tsb à mudah digunakan, sdh dibakukan scr kuantitatif, dan sering tersedia dlm berbagai dosis à sehingga mudah disesuaikan dlm peracikan
Dapat digunakan dlm peracikan bentuk sed padat lainnya (co: serbuk) atau sed semisolid atau cair
Dalam prosedur peracikan à umumnya paling baik menggunakan unit dosis yang merupakan bentuk farmasetik paling sederhana
Contoh soal
Berapa tablet alopurinol 100 mg yang harus digunakan untuk menyiapkan resep berikut ini?
R/ Alopurinol 65 mg/5 ml
Kologel 40 ml
Sirup ad 150 ml
m.f. susp.
S.3.d.d. C I
Berapa banyak tablet enalapril 20 mg, yang masing-masing bobotnya120 mg dan berapa gram laktosa yang harus digunakan untuk menyiapkan resep berikut ini?
R/ Enalapril 7,5 mg
Laktosa ad 200 mg
d.t.d caps 40
S.1.d.d caps I
Berapa kapsul indometasin 75 mg yang harus digunakan untuk menyiapkan resep berikut ini?
R/ Serbuk indometasin 1%
Serbuk karbopol 941 2%
Air yang dimurnikan 10%
Alkohol ad 90 mL
S.u.e
Berapa banyak tablet estropipat 0,75 mg yang harus digunakan untuk menyiapkan resep berikut ini?
R/ Estropipat 0,0125%
Basis krim ad 60 g
Sig. krim vaginal


PERHITUNGAN DOSIS OBAT

DOSIS OBAT
the quantity of an active agent taken in or absorbed at any one
a measured portion of medicine taken at any one time
SATUAN BERAT & ISI
Kg, g, mg, mcg (padat)
L, ml (cair)
Konversi ???

PERSENTASE KUANTITATIF
Salep hidrokuinon 1% = 10 mg/g
1% = 1g/100g= 10 mg/g
Larutan 1% : 10 mg/ml
Salep mata 0,5 %, tetes mata 10 %, larutan betadin 0,05 %, krim 0,02 % ???

PERHITUNGAN DOSIS TABLET
Dibutuhkan digoxin 62,5 mcg, tiap tablet digoxin mengandung 0,125mg. Brp tablet yg digunakan ?
= (dosis diminta )/(dosis tersedia)= (62,5:1000)/0,125 = 0,5
Berapa tablet haloperidol 1,5 mg yg diberikan bila dibutuhkan dosis 4,5 mg ?
PERHITUNGAN INJEKSI
Instruksi dokter 75 mg pethidin. Tersedia ampul berisi 100mg/2ml. Brp volume yg disuntikkan ?
= (dosis diminta)/(dosis tersedia) x vol.dosis tersedia

= 75/100 x 2 ml = 1,5 ml
soal
Berapa vol suntikan yg diberikan bila dibutuhkan penisillin V 150 mg dantersedia flakon berlabel 125 mg/5 ml ?
Bila tersedia larutan KCl 1g dlm 4 ml, brp vol yg hrs dberikan bila diperlukan dosis 350 mg ?
Berapa banyak atropin yg harus diberikan utk mendapatkan 900 mcg bila sediaan ampul yg tersedia 0,6 mg/ml ?
Instruksi dokter injeksi etamidon : etadryl 2 : 1, berapa cc yg diinjeksikan bila tersedia flakon @ 15 ml ?









PERHITUNGAN LARUTAN
Diperlukan betadine 1 : 2000. Tersedia larutan 20 %. Berapa banyak yg dibutuhkan utk membuat 2L ?
= 20 % = 20/100 = 1/5
= (kosentrasi diminta)/(konsentrasi tersedia ) x juml diminta

= 1/2000 x 2 = 0,005 L = 5 ml
1/5
soal
Berapa banyak NaCl 1 : 2 dibutuhkan utk membuat 1,5 L larutan 10 % ?
Berapa banyak povidon iodine 5 % dibutuhkan utk membuat 1 L larutan 1 : 1000 ?

KALKULASI KECEPATAN INFUS

Bds jumlah tetes per mililiter larutan
Konversi tetes per menit ke mililiter per menit

Berapa kecepatan aliran yg diperlukan utk memasukkan 500ml dekstrosa 5 % dalam air selama 8 jam bila larutan tsb memberi 15 tts dlm 1 ml?
Berapa kecepatan yg diberikan larutan yg mengandung 1000mg lidokain dlm 500 ml larutan agar pasien mendapat 3 mg/mnt bila 1ml larutan mengandung 60 tts ?
Hitung larutan yg mengandung 3 mg/mnt lidokain
= 500 ml x 3 mg = 1,5 ml/mnt
1000 mg
Konversi jadi kecepatan aliran
= 60 tts x 1,5 ml = 90 tts/mnt
1 ml
Brp kecepatan harus dipertahankan utk memberi NaCl sebanyak 1 L selama 12 jam bila 1 ml mengandung 15 tts ?
Berapa tts/mnt dibutuhkan utk memberi aminofillin sebanyak 1 mg/mnt bila 1 ml mengandung 15 tts ? Larutan infus yg tersedia mengandung 250 mg aminofillin dlm 500 ml

Tidak ada komentar:

Posting Komentar